Monday 30 April 2012

Nyanyian dan Muzik





Antara hiburan yang dapat menghibur jiwa dan menenangkan hati serta mengenakkan telinga, ialah nyanyian. Hal ini dibolehkan oleh Islam, selama mana tidak dicampuri dengan ucapan yang kotor, lucah dan segala perkara yang dapat mengarah kepada perbuatan dosa. Dibolehkan juga jika disertai dengan muzik yang tidak membangkitkan nafsu. Bahkan disunatkan dalam situasi gembira,, untuk melahirkan perasaan riang dan menghibur hati, seperti pada hari raya, perkahwinan, kedatangan orang yang sudah lama tidak datang, saat walimah, aqiqah dan di waktu lahirnya seorang bayi.

Dalam hadis diterangkan:
"Dari Aisyah r.a, bahwa ketika dia menghantar pengantin perempuan ke tempat laki-laki Ansar, maka Nabi bertanya: Hai Aisyah! Apakah mereka ini disertai dengan suatu hiburan? Sebab orang-orang Ansar gemar sekali terhadap hiburan." (Riwayat Bukhari)
Dan diriwayatkan pula:
"Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata: Aisyah pernah mengahwinkan salah seorang kerabatnya dengan Ansar, kemudian Rasulullah s.a.w. datang dan bertanya: Apakah telah kamu hadiahkan sesuatu untuk gadis itu? Mereka menjawab: Betul! Rasulullah s.a.w. bertanya lagi. Apakah kamu kirim bersamanya orang yang akan menyanyi? Aisyah menjawab: Tidak! Kemudian Rasulllah s.a.w. bersabda: Sesungguhnya orang-orang Ansar adalah suatu kaum yang merayu. Oleh karena itu alangkah baiknya kalau kamu kirim bersama dia itu seorang yang mengatakan: kami datang, kami datang, selamat datang kami, selamat datang kamul" (Riwayat Ibnu Majah)

"Dan dari Aisyah r.a. sesungguhnya Abu Bakar RA pernah masuk kepadanya, sedang di sampingnya ada dua gadis yang sedang menyanyi dan memukul gendang pada hari Mina (Idul Adha), sedang Nabi s.a.w. menutup wajahnya dengan pakaiannya, maka diusirlah dua gadis itu oleh Abu Bakar. Lantas Nabi membuka wajahnya dan berkata kepada Abu Bakar: “Biarkanlah mereka itu hai Abubakar, sebab hari ini adalah hari raya (hari bersenang-senang)." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Imam Ghazali dalam kitabnya (Ihya') setelah membawakan beberapa hadis tentang nyanyian dua orang gadis, dan orang-orang Habsyah yang bermain di dalam masjid Nabawi, disokong oleh Nabi dengan kata-katanya: silalah wahai Bani Arfidah, dan perkataan Nabi kepada Aisyah: engkau senang ya Aisyah melihat permainan ini?; dan berdirinya Nabi bersama Aisyah sehingga dia sendiri yang bosan, serta permainan Aisyah dengan boneka bersama kawan-kawannya, kemudian Imam Al-Ghazali berkata: Bahawa hadis-hadis ini semua disebut dalam Bukhari dan Muslim dan merupakan nas yang jelas, bahwa nyanyian dan permainan, bukanlah haram. Dan dari situ juga menunjukkan dibolehkannya bermacam-macam permainan:
  1. Bermain dan menari sebagaimana yang biasa dilakukan oleh orang-orang Habsyah.
  2. Permainan boleh dilakukan di masjid.
  3. Sabda Nabi kepada orang-orang Habsyah: “silalah wahai Bani Arfidah” -adalah suatu perintah dan anjuran untuk bermain. Oleh karena itu bagaimana mungkin permainan itu diharamkannya?
  4. Dilarangnya Abu Bakar dan Umar dengan alasan, bahawa hari itu adalah hari raya dan hari gembira, sedang menyanyi adalah salah satu daripada jalan untuk bergembira.
  5. Berdirinya Nabi yang begitu lama sambil menyaksikan dan mendengar nyanyian yang disetujui Aisyah, adalah cukup sebagai bukti, bahwa cara yang baik untuk memperhalusi budi terhadap perempuan dan anak-anak adalah dengan cara menyaksikan permainan. Ia lebih baik daripada kekasaran dan hidup dalam kekerasan, terhalang dan dihalang.
  6. Perkataan Nabi kepada Aisyah yang didahului dengan kalimat bertanya: engkau senang ya Aisyah melihat permainan ini?;
  7. Dibolehkan untuk menyanyi dan memukul rebana sepertimana dilakukan oleh dua anak gadis…sehingga akhir seperti yang disebut  al-Ghazali dalam Kitabus Sama' (bab mendengar). 
Dan telah diriwayatkan daripada beberapa sahabat dan tabi'in, bahawa mereka pernah mendengar nyanyian, sedang mereka tidak menganggapnya suatu perbuatan dosa.
Adapun hadis-hadis Nabi yang melarang nyanyian, semuanya ada kecacatan, tidak ada satupun yang selamat dari celaan ahli hadis, seperti kata al-Qadhi Abubakar bin al-Arabi: "Tidak ada satupun hadis yang sah yang berhubungan dengan haramnya nyanyian."
Dan berkata pula Ibnu Hazm: "Semua hadis yang menerangkan tentang haramnya nyanyian adalah batil dan palsu."

Namun begitu, banyak sekali nyanyian-nyanyian dan muzik yang disertai dengan perbuatan berlebih-lebihan, minum-minum arak dan perbuatan-perbuatan haram. Hal inilah yang kemudiannya dianggap haram atau makruh oleh ulama-ulama.
Sebahagian mereka ada yang mengatakan: bahawa sesungguhnya nyanyian itu termasuk lahwul hadis (ucapan yang dapat melalaikan) sepertimana yang dimaksudkan dalam firman Allah:
"Dan di antara manusia ada yang mempergunakan percakapan kosong  untuk menyesatkan (orang) dari jalan Allah tanpa ilmu, dan menjadikannya olok-olokan. Mereka itu kelak akan mendapat azab yang menghinakan." (Luqman: 6)

Ibnu Hazm berkata: "Ayat tersebut menyebutkan satu sifat yang barangsiapa mengerjakannya boleh menjadi kafir tanpa diperselisihkan lagi, yaitu apabila dia menjadikan agama Allah sebagai permainan. Oleh karena itu jika dia membeli sebuah al-Quran untuk dijadikan ayat untuk menyesatkan orang, dan dijadikannya sebagai permainan, maka jelas dia adalah kafir. Inilah yang dicela Allah s.w.t. Allah SWT sama sekali tidak mencela orang-orang yang membeli lahwal hadis digunakan untuk hiburan dan menggembirakan hati, bukan untuk menyesatkan orang dari jalan Allah."

Ibnu Hazm juga menolak anggapan orang yang mengatakan; bahwa nyanyian itu sama sekali tidak dibenarkan, dan termasuk suatu kesesatan, seperti firman Allah.
"Maka tidak ada setelah kebenaran itu melainkan kesesatan." (Yunus: 32)
Maka kata Ibnu Hazm: Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
"Sesungguhnya semua perbuatan itu harus disertai dengan niat dan tiap-tiap orang akan dinilai menurut niatnya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
Jadi barangsiapa mendengarkan nyanyian dengan niat untuk membantu melakukan maksiat kepada Allah, maka jelas dia adalah fasik –termasuk juga semua perkara selain nyanyian. Dan barangsiapa berniat untuk menghibur hati supaya dengan demikian dia mampu melakukan ketaatan kepada Allah dan rajin untuk berbuat kebajikan, maka dia adalah orang yang taat dan berbuat baik serta perbuatannya termasuk perbuatan yang benar. Dan barangsiapa tidak berniat untuk taat kepada Allah dan tidak juga untuk bermaksiat, maka perbuatannya itu dianggap sia-sia dan dimaafkan, seperti halnya seorang pergi ke kebun untuk bersiar-siar, dan seperti orang yang duduk-duduk di depan sofa sekedar melihat-lihat, dan seperti orang yang mencelup bajunya dengan warna ungu, hijau dan sebagainya.

Namun di situ ada beberapa etika yang harus kita perhatikan berhubung masalah nyanyian ini, yaitu:

1. Nyanyian itu harus sekiranya tidak bertentangan dengan etika dan ajaran Islam. Oleh karena itu kalau nyanyian-nyanyian tersebut penuh dengan pujian-pujian terhadap arak dan menganjurkan orang supaya minum arak, misalnya, maka menyanyikan lagu tersebut hukumnya haram, dan mendengarkannya juga haram. Begitu juga nyanyian-nyanyian lain yang menyerupainya (perkara-perkara haram).
2. Boleh jadi lirik nyanyian itu tidak menyalahi Islam, tetapi cara penyampaiannya beralih dari lingkungan halal kepada Iingkungan haram, misalnya lenggang lenggok gaya dengan sengaja yang dapat membangkitkan nafsu, menimbulkan fitnah dan perbuatan tidak bermoral.
3. Sebagaimana agama sentiasa memerangi sikap berlebih-lebihan dan kesombongan dalam segala hal walaupun dalam beribadah, maka begitu juga halnya berlebih-lebihan dalam hiburan dan menghabiskan waktu untuk berhibur, sedangkan waktu itu sendiri adalah berarti hidup!
Tidak dapat diragukan lagi, bahawa berlebih-lebihan dalam masalah yang mubah(harus) dapat menghabiskan waktu untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban. Maka tepatlah kata ahli hikmah: "Tidak pernah saya melihat suatu perbuatan yang dilakukan secara berlebih-lebihan, melainkan di sebalik itu ada suatu kewajiban yang terbuang."
4.Seharusnya setiap pendengar itu mengikut keadaan dirinya sendiri. Jika nyanyian atau muzik tersebut dapat membangkitkan nafsu atau menimbulkan fitnah, dan nafsu kebinatangan itu dapat mengalahkan rohaninya, maka dia harus menjauhi nyanyian tersebut dan dia harus menutup pintu yang menimbulkan fitnah, demi melindungi hatinya, agamanya dan keluhuran budinya. Sehingga dengan demikian dia menjadi tenang dan gembira.
5. Dan telah disepakati, bahwa nyanyian yang disertai dengan perbuatan-perbuatan haram yang lain seperti: terdapat majlis arak, wujud percampuran perbuatan tidak bermoral dan maksiat, maka inilah yang diperingatkan oleh Rasulullah s.a.w. kepada pelaku dan pendengarnya dengan ancaman siksaan yang keras, sebagaimana sabda Baginda:
"Sungguh akan ada beberapa orang dari ummatku yang minum arak, mereka namakan dengan nama lain, kepala mereka itu bisa dilalaikan dengan bunyi-bunyian dan nyanyian-nyanyian, maka Allah akan tenggelamkan mereka itu ke dalam bumi dan akan menjadikan mereka itu seperti kera dan babi." (Riwayat Ibnu Majah)
Bukanlah menjadi kelaziman mereka itu diubah bentuk dan rupanya, tetapi apa yang dimaksud ialah diubah  jiwa dan rohnya. Bentuknya bentuk manusia, tetapi jiwanya, jiwa kera dan rohnya roh babi.
Wallahu’alam.

Nyanyian dan Muzik
(Petikan daripada Kitab Halal Haram Dr Yusuf Al-Qardhawi)



4 comments: