Thursday 27 October 2011

Riyadhus Salihin(Hadith 51-60)

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang,


Entri kali ini adalah sambungan kepada entri sebelum ini,berkenaan kitab Sabar:



         Hadith 51. Dari Ibnu Mas'ud r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya saja akan terjadi sesudahku nanti cara mementingkan diri sendiri - sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya - dan juga beberapa perkara yang engkau semua akan mengingkarinya. Orang-orang semua berkata: "Ya Rasulullah, maka apakah yang akan Tuan perintahkan pada kita - kaum Muslimin. Beliau s.a.w. bersabda: "Supaya engkau semua menunaikan hak yang menjadi kewajibanmu untuk dilaksanakan dan mohonlah kepada Allah akan hak yang memang menjadi milikmu semua."(Muttafaq 'alaih)



        Hadith 52. Dari Abu Yahya yaitu Usaid bin Hudhair r.a. bahwasanya ada seorang lelaki dari kaum Anshar berkata: "Ya Rasulullah, mengapakah tuan tidak menggunakan saya sebagai
pegawai, sebagaimana tuan juga menggunakan si Fulan dan Fulan itu?" Beliau s.a.w. lalu
bersabda: "Sesungguhnya engkau semua akan menemui sesudahku nanti suatu cara mementingkan diri sendiri - sedang orang lain lebih berhak untuk memperolehnya, maka dari itu bersabarlah, sehingga engkau semua menemui aku di telaga - pada hari kiamat." (Muttafaq 'alaih)



       Hadith 53. Dari Abu Ibrahim, yaitu Abdullah bin Abu Aufa radhiallahu 'anhuma bahwa
Rasulullah s.a.w. pada suatu hari di waktu beliau itu bertemu dengan musuh, beliau menantikan sehingga matahari condong - hendak terbenam - beliau lalu berdiri di muka
orang banyak kemudian bersabda: "Hai sekalian manusia, janganlah engkau semua mengharap-harapkan bertemu musuh dan mohonlah kepada Allah akan keselamatan. Tetapi jikalau engkau semua menemui musuh itu, maka bersabarlah. Ketahuilah olehmu semua bahwasanya syurga itu ada di bawah naungan pedang."




      Selanjutnya Nabi s.a.w. bersabda: "Ya Allah yang menurunkan kitab, yang menjalankan awan, Yang menghancur-leburkan gabungan pasukan musuh. Hancur leburkanlah mereka
itu dan berilah kita semua kemenangan atas mereka." (Muttafaq 'alaih) Wabillahittaufiq (Dan dengan Allah itulah adanya pertolongan).




Keterangan:
     Dalam mengulas sabda Rasulullah s.a.w. yang berbunyi: "Syurga itu ada di bawah naungan pedang." Imam al-Qurthubi berkata: "Ucapan itu adalah suatu pertanda betapa indahnya susunan kalimat yang digunakan oleh Rasulullah s.a.w. Sedikit kata-katanya, tetapi luas pengertiannya. Maksudnya iaiah bahwa letak syurga itu dengan memberikan perlawanan kepada musuh, manakala mereka telah memulai menyerang kedudukan kita. Jika sudah dalam keadaan terjepit dan musuh sudah menyerbu dekat sekali dengan tempat pertahanan kita, maka tiada jalan lain, kecuali dengan beradu kekuatan, yakni pedanglah yang wajib digunakan untuk penyelesaian, menang atau kalah. Jika pedang kaum Muslimin sudah beradu dengan pedang musuh, masing-masing pihak menangkis serangan musuhnya, pedang meninggi dan merendah, sampai-sampai bayangannya tampak jelas. Naungan pedang itulah yang menyebabkan kaum Muslimin akan memperoleh kebahagiaan dalam dua keadaan:


   (a) Jika kalah dan mati, gugurlah sebagai pejuang syahid dan pasti masuk syurga tanpa dihisab. Di kalangan ummatpun menjadi harum namanya.




   b) Jika menang dan selamat sampai dapat kembali ke rumah ia juga akan merasakan kenikmatan syurga dunia, hidup dalam keluhuran dan kejayaan.




KITAB KEBENARAN

Allah Ta'ala berfirman:

    "Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah engkau semua
     bersama-sama dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah: 119)


Allah Ta'ala berfirman pula:

     "Dan orang-orang yang benar, lelaki ataupun perempuan." (al-Ahzab: 35)


Juga Allah Ta'ala berfirman:

  "Dan andaikata mereka itu bersikap benar terhadap Allah, pastilah hal itu amat baik              untuk mereka sendiri." (Muhammad: 21)


Adapun Hadis-hadis yang menerangkannya ialah:


        Hadith 54. Pertama: Dari Ibnu Mas'ud r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya
kebenaran - baik yang berupa ucapan atau perbuatan - itu menunjukkan kepada kebaikan
dan sesungguhnya kebaikan itu menunjukkan ke syurga dan sesungguhnya seseorang itu
niscaya melakukan kebenaran sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli
melakukan kebenaran. Dan sesungguhnya berdusta itu menunjukkan kepada kecurangan
dan sesungguhnya kecurangan itu menunjukkan kepada neraka dan sesungguhnya seseorang itu niscaya berdusta sehingga dicatatlah di sisi Allah sebagai seorang yang ahli berdusta." (Muttafaq 'alaih)

      Sabda Nabi s.a.w. Yuriibuka, boleh dengan difathahkan ya'nya (dan boleh pula didhamahnya, artinya: "Tinggalkanlah olehmu apa saja yang engkau ragukan perihal boleh atau halalnya sesuatu dan beralihlah kepada yang tidak ada keragu-raguan perihal itu dalam
hatimu."


        Hadith 55. Kedua: Dari Abu Muhammad, yaitu Alhasan bin Ali bin Abu Thalib radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya menghafal sabda dari Rasulullah s.a.w. yaitu: "Tinggalkan apa-apa yang menyangsikan hatimu - yakni jangan terus dilakukan - dan berpindahlah kepada apa-apa yang tidak menyangsikan hatimu 7 - yakni yang hatimu tenang jikalau melakukannya. Maka sesungguhnya bersikap benar itu adalah ketenangan dan berdusta itu menyebabkan timbulnya kesangsian." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis shahih.




      Hadith 56. Ketiga: Dari Abu Sufyan bin Shakhr bin Harb r.a. dalam Hadisnya yang panjang dalam menguraikan ceritera Raja Hercules. Hercules berkata: "Maka apakah yang diperintah olehnya?" Yang dimaksud ialah oleh Nabi s.a.w. Abu Sufyan berkata: "Saya lalu menjawab: "Ia berkata: "Sembahlah akan Allah yang Maha Esa, jangan menyekutukan sesuatu
juga menyuruh supaya kita semua melakukan shalat, bersikap benar, menahan diri dari
denganNya dan tinggalkanlah apa-apa yang dikatakan oleh nenek-moyangmu semua." Ia

keharaman serta mempererat kekeluargaan." (Muttafaq 'alaih)


   
    Hadith 57. Keempat: Dari Abu Tsabit, dalam suatu riwayat lain disebut-kan Abu Said dan
dalam riwayat lain pula disebutkan Abulwalid, yaitu Sahl bin Hanif r.a., dan dia pernah
menyaksikan peperangan Badar, bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: "Barangsiapa yang memohonkan kepada Allah Ta'ala supaya dimatikan syahid dan permohonannya itu dengan secara yang sebenar-benarnya, maka Allah akan menyampaikan orang itu ke tingkat orang-orang yang mati syahid, sekalipun ia mati di atas tempat tidurnya." (Riwayat Muslim)


   Hadith 58. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: "Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada seorang Nabi dari golongan beberapa Nabi shalawatullahi wa salamuhu 'alaihim berperang, kemudian ia berkata kepada kaumnya: "Jangan mengikuti peperanganku ini seorang lelaki yang memiliki kemaluan wanita - yakni baru kawin - dan ia hendak masuk tidur dengan isterinya itu, tetapi masih belum lagi masuk tidur dengannya, jangan pula mengikuti peperangan ini seorang yang membangun rumah dan belum lagi mengangkat atapnya - maksudnya belum selesai sampai rampung samasekali, jangan pula seseorang yang membeli kambing atau unta yang sedang bunting tua yang ia menantikan kelahiran anakanak ternaknya itu - yang dibelinya itu.


    Nabi itu lalu berperang, kemudian mendekati sesuatu desa pada waktu shalat Asar atau sudah dekat dengan itu, kemudian ia berkata kepada matahari: "Sesungguhnya engkau - hai matahari - adalah diperintahkan - yakni berjalan mengikuti perintah Tuhan - dan sayapun juga diperintahkan - yakni berperang inipun mengikuti perintah Tuhan. Ya Allah, tahanlah
jalan matahari itu di atas kita." Kemudian matahari itu tertahan jalannya sehingga Allah
memberikan kemenangan kepada Nabi tersebut. Beliau mengumpulkan banyak harta
rampasan. Kemudian datanglah, yang dimaksud datang adalah api, untuk makan harta rampasan tadi, tetapi ia tidak suka memakannya. Nabi itu berkata: "Sesungguhnya di kalangan engkau semua itu ada yang menyembunyikan harta rampasan, maka dari itu
hendaklah berbai'at padaku - dengan jalan berjabatan tangan - dari setiap kabilah seseorang
lelaki. Lalu ada seorang lelaki yang lekat tangannya itu dengan tangan Nabi tersebut. Nabi
itu lalu berkata lagi: "Nah, sesungguhnya di kalangan kabilah-mu itu ada yang menyembunyikan harta rampasan. Oleh sebab itu hendaklah seluruh orang dari kabilahmu
itu memberikan pembai'atan padaku." Selanjutnya ada dua atau tiga orang yang tangannya
itu lekat dengan tangan Nabi itu, lalu beliau berkata pula: "Di kalanganmu semua itu ada
7 Jadi bila kila meragu-ragukan sesuatu, baiklah kita tinggalkan saja dan beralih pada yang tidak meraguragukan, misalnya sesuatu yang belum terang hukumnya yakni samar-samar atau syubhat, maka baiklah engkau tinggalkan saja. yang menyembunyikan harta rampasan." 

    Mereka lalu mendatangkan sebuah kepala sebesar kepala lembu yang terbuat dari emas - dan inilah benda yang disembunyikan, lalu diletakkanlah benda tersebut, kemudian datanglah api terus memakannya - semua harta rampasan. Oleh sebab itu memang tidak halallah harta-harta rampasan itu untuk siapapun ummat sebelum kita, kemudian Allah menghalalkannya untuk kita harta-harta rampasan tersebut, di kala Allah mengetahui betapa kedhaifan serta kelemahan kita semua. Oleh sebab itu lalu Allah menghalalkannya untuk kita." (Muttafaq 'alaih)


    Alkhalifaat, dengan fathahnya kha' mu'jamah dan kasrahnya lam adalah jamaknya khalifatun, artinya ialah unta yang bunting.


      Hadith 59. Keenam: Dari Abu Khalid yaitu Hakim bin Hizam r.a., ia masuk Islam di zaman pembebasan Makkah, sedang ayahnya adalah termasuk golongan pembesar-pembesar
Quraisy, baik di masa Jahiliyah ataupun di masa Islam, katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Dua orang yang berjual-beli itu dengan kebebasan - yakni boleh mengurungkan jualbelinya
atau jadi meneruskannya - selama keduanya itu belum berpisah. Apabila keduanya itu bersikap benar dan menerangkan - cacat-cacatnya, maka diberi berkahlah jual-beli keduanya, tetapi jikalau keduanya itu menyembunyikan - cacat-cacatnya - dan sama-sama
berdusta, maka dileburlah keberakahan jual-beli keduanya itu." (Muttafaq 'alaih)


Keterangan:

    Kata Shidqun yang berarti benar itu, maksudnya tidak hanya benar dalam pembicaraannya saja, tetapi juga benar dalam amal perbuatannya. Jadi benar dalam kedua hal itulah yang menurut sabda Nabi s.a.w. dapat menunjukkan ke jalan kebajikan dan kebajikan ini yang menunjukkan ke jalan menuju syurga. Secara ringkasnya, seseorang itu baru dapat dikatakan benar, manakala ucapannya sesuai dengan amal perbuatan yang dilakukan, atau dengan kata lain ialah manakala amal perbuatannya itu masih bertentangan dengan ucapannya, tetaplah ia dianggap sebagai manusia yang berdusta atau kadzib. Misalnya seorang yang mengaku beragama Islam, tetapi shalat tidak dilakukan, puasa tidak dikerjakan, bahkan mengucapkan dua kalimat syahadatsaja tidak dapat, maka dapatkah orang semacam itu dikatakan benar ucapannya. Tentu tidak dapat. Ia tetap berdusta yang oleh Rasulullah s.a.w. disabdakan bahwa kedustaan itu menunjukkan ke jalan kecurangan dan kecurangan itu menunjukkan ke jalan menuju neraka.


KITAB MURAQABAH

Allah Ta'ala berfirman:

    "Dialah yang melihatmu ketika engkau berdiri dan juga gerak tubuhmu di antara
      orang-  orang yang bersujud." (asy-Syu'ara': 218-219)

Allah Ta'ala berfirman pula:

    "Dan Dia adalah besertamu di mana saja engkau semua berada." (al-Hadid: 4) 

Allah Ta'ala berfirman lagi:
    
     "Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu yang tersembunyi baik di bumi ataupun 
      di   langit."(ali-lmran: 5)

Lagi firmannya Allah Ta'ala:

       "Sesungguhnya Tuhanmu itu niscaya tetap mengintipnya." (al-Fajar: 14)

Juga firmannya Allah Ta'ala:


      "Dia Maha Mengetahui akan kekhianatan mata - maksudnya pandangan mata 
       kepada   sesuatu yang diiarang atau kerlingan mata sebagai ejekan dan 
       lain-lain perbuatan yang tidak baik - dan apa saja yang tersembunyi dalam hati.” 
       (al- Mu'min: 19)


Ayat-ayat yang mengenai bab ini banyak sekali dan kiranya dapat dimaklumi.

Adapun Hadis-hadisnya ialah:


   Hadith 60.Pertama: Dari Umar bin Alkhaththab r.a., katanya: "Pada suatu ketika kita semua duduk di sisi Rasulullah s.a.vv. yakni pada suatu hari, tiba-tiba muncullah di muka kita seorang lelaki yang sangat putih pakaiannya dan sangat hitam warna rambutnya, tidak
timpak padanya bekas bepergian dan tidak seorangpun dari kita semua yang mengenalnya,
sehingga duduklah orang tadi di hadapan Nabi s.a.w. lalu menyandarkan kedua lututnya
pada kedua lutut beliau dan meletakkan kedua tangannya di atas kedua pahanya sendiri dan
berkata: "Ya Muhammad, beritahukanlah padaku tentang Islam." Rasulullah s.a.w. lalu
bersabda: "Islam, yaitu hendaknya engkau menyaksikan bahwa tiada piihan kecuali Allah dan
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, hendaklah pula engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa bulan Ramadhan dan melakukan haji ke Baitullah jikalau
engkau kuasa jalannya ke situ."

Orang itu berkata: "Tuan benar." Kita semua heran padanya, karena ia bertanya dan juga membenarkannya. Ia berkata lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang Iman."
Rasulullah s.a.w. bersabda: "Yaitu hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitabkitabNya, rasul-rasulNya, hari penghabisan - kiamat - dan hendaklah engkau beriman pula kepada takdir, yang baik ataupun yang buruk - semuanya dari Allah jua."

Orang itu berkata: "Tuan benar." Kemudian katanya lagi:"Kemudian beritahukanlah padaku tentang Ihsan." Rasulullah s.a.w. menjawab: "Yaitu hendaklah engkau menyembah kepada Allah seolah-olah engkau dapat melihatNya, tetapi jikalau tidak dapat seolah-olah melihatNya, maka sesungguhnya Allah itu dapat melihatmu." Ia berkata: "Tuan benar." Katanya lagi: "Kemudian beritahukanlah padaku tentang hari kiamat."


    Rasulullah s.a.w. menjawab: "Orang yang ditanya - yakni beliau s.a.w. sendiri - tentulah tidak lebih tahu dari orang yang menanyakannya - yakni orang yang datang tibatiba tadi.
Orang itu berkata pula: "Selanjutnya beritahukanlah padaku tentang alamat-alamatnya hari kiamat itu." Rasulullah s.a.w. menjawab: "Yaitu apabila seorang hamba sahaya wanita melahirkan tuan puterinya - maksudnya hamba sahaya itu dikawin oleh pemiliknya sendiri yang merdeka, lalu melahirkan seorang anak perempuan. Anaknya ini dianggap merdeka juga dan dengan begitu dapat dikatakan hamba sahaya perempuan melahirkan tuan puterinya - dan apabila engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, telanjang-telanjang, miskin-miskin dan sebagai penggembala kambing sama bermegah-megahan dalam gedung-gedung yang besar - karena sudah menjadi kaya-raya dan bahkan menjabat sebagai pembesar-pembesar negara."


    Selanjutnya orang itu berangkat pergi. Saya - yakni Umar r.a. - berdiam diri beberapa saat lamanya, kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda: "Hai Umar, adakah engkau mengetahui
siapakah orang yang bertanya tadi?" Saya menjawab: "Allah dan RasulNyalah yang lebih
mengetahuinya." Rasulullah s.a.w. lalu bersabda: "Sesungguhnya orang tadi adalah malaikat
Jibril, ia datang untuk memberikan pelajaran tentang agama kepadamu semua." (Riwayat
Muslim)


    Makna Talidulamatu rabbatahaa, yakni tuan puterinya. Adapun pengertiannya ialah oleh sebab banyaknya hamba sahaya perempuan sehingga budak-budak tersebut melahirkan puteri untuk tuan yang memilikinya. Puteri tuannya itu sama kedudukannya dengan
 uannya sendiri. Tetapi ada sebagian ulama yang mengatakan tidak sedemikian itu maksudnya. Al-'Aalah, ialah golongan orang-orang fakir. Adapun kata Maliyyan artinya
waktu yang lama, yaitu sampai tiga hari tiga malam lamanya.


    Sebabnya Sayidina Umar terheran-heran karena orang yang bertanya itu semestinya belum mengerti apa yang ditanyakan, tetapi anehnya setelah diberi jawaban, tiba-tiba penanya itu berkata: "Tuan benar," dan kata-kata sedemikian ini tentulah menunjukkan
bahwa penanya itu telah mengerti. Barulah keheranan Sayidina Umar itu lenyap setelah
diberitahu bahwa yang bertanya tadi sebenarnya adalah Jibril a.s. yang kedatangannya memang sengaja hendak mengajarkan soal-soal keagamaan kepada para sahabat Rasulullah
s.a.w.

    Dalam Hadis di atas, ada beberapa hal yang penting kita ketahui, yaitu:
  (a) Mendirikan shalat artinya tidak semata-mata menjalankan shalat saja, tetapi harus
    dipenuhi pula syarat-syarat serta rukun-rukunnya dan ditepatkan selalu 
    menurut     waktuwaktunya.
 (b) Percaya kepada Allah yakni meyakinkan bahwa Allah itu ada (jadi jangan
    beranggapan bahwa Allah itu tidak ada seperti faham komunis), dan lagi Allah 
    itu  bersifat   dengan semua sifat kemuliaan, keagungan dan kesempurnaan serta 
    terjauh   dari semua sifat kekurangan, kehinaan dan kerendahan.
  (c) Malak ialah makhluk Allah yang dibuat daripada nur (cahaya) dan tidak berjejaljejal
      seperti cahaya lampu yang memenuhi rumah. Dengan cahaya seribu lampu, belum juga
      sesak rumah itu. Dengan ini teranglah apa yang dimaksud dalam sebuah Hadis:


  Artinya:
"Bahwasanya Allah itu mempunyai malaikat, ada yang memenuhi sepertiga alam, ada yang
memenuhi dua pertiga alam dan ada yang memenuhi alam seluruhnya." Adapun arti iman kepada malaikat ialah harus percaya bahwa mereka itu benar-benar ada dan bahwa mereka itu adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Malak itu sebenarnya kata mufrad dan jamaknya berbunyi malaikat.

  (d) Percaya kepada kitab-kitab Allah ialah meyakinkan betul-betul bahwa kitab-kitab
    suci itu adalah firman Allah yang sebenar-benarnya yang diturunkan pada Rasul-rasulNya
    dengan jalan wahyu dan meyakinkan pula bahwa isi yang terkandung di dalamnya ttu
    semua benar.
  (e) Percaya kepada para Rasul artinya beri'tikad seteguh-teguhnya bahwa apa yang
    mereka bawa itu memang sebenarnya dari Allah Ta'ala.
  (f) Hari Akhir ialah hari Kiamat. Iman dengan hari kiamat artinya mempercayai betulbetul
   akan terjadinya hari penghabisan itu dan apa saja yang terjadi sesudahnya, misalnya 
    Hasyar (akan dikumpulkannya semua makhluk di padang mahsyar), Hisab (semua amal
   akan diperhitungkan), Mizan (amal-amal akan ditimbang dalam neraca), menyeberangi  
   jembatan yang disebut Shirath dan kemudian ada yang masuk Jannah (syurga), ada pula
   yang terus terjun ke (neraka) dan lain-lain hal lagi.
 (g) Qadar ialah ketentuan dari Allah sebelum Allah membuat semua makhluk ini,
   yang baik maupun yang jahat. Jadi segala macam adalah dengan kehendak Allah yang  
   telah dipastikan sejak zaman azali dulu yaitu zaman sebelum Allah membuat apa-apa. 


  Tetapi kita jangan lupa berikhtiar, karena kita telah diberi akal oleh Allah untuk mengusahakan bagaimana jalannya agar kita tetap bernasib baik dan terjauh dari nasib buruk. Kita tetap harus berdaya upaya selama hayat dikandung badan.

  (h) Dengan cara ibadat sebagaimana yang terkandung dalam arti kata Ihsan ini, maka
   tentu akan khusyuklah kita sewaktu menyembah Allah itu. Kalau dapat seolah-olah tahu
   pada Allah, ini namanya Mukasyafah (terbuka dari semua tabir yang menutup) dan kalau
   mengangan-angankan bahwa Allah tetap melihat kita, ini namanya Muraqabah  
   (mengintaiintainya Allah pada kita).
  (i) Tanda-tanda yang dimaksud ini ialah tanda-tanda kecil sebab datangnya hari
   kiamat itu ada tanda-tandanya yang kecil dan ada tanda-tandanya yang besar. Tanda-tanda
   kecil artinya datangnya itu masih agak jauh, tetapi bila tanda-tanda besar telah nampak,
   maka itulah yang menunjukkan bahwa hari kiamat telah sangat dekat sekali saat   
   terjadinya.

  (j) Hamba sahaya perempuan meiahirkan tuannya - artinya, banyak sahaya
    perempuan itu yang dikawin oleh raja-raja atau pejabat-pejabat tinggi lalu meiahirkan 
    anakanak perempuan sehingga anak-anaknya itu pun akan berkedudukan sebagaimana  
    ayahnya.
  (k) Orang yang tak beralas kaki, telanjang, miskin serta penggembala kambing sama
    bermegah-megah dalam gedung-gedung besar, maksudnya ialah bahwa yang asalnya   
    hanya penggembala yang miskin hingga seolah-olah tak pernah beralas kaki dan   
    pakaiannya hampir-hampir tidak ada (boleh dikata telanjang) tiba-tiba menjadi 
    pembesar-pembesar negeri dan mendiami gedung-gedung besar lagi indah dan sama  
    berkuasa serta kaya raya.


   Dengan demikian, keadaan negeri lalu rusak binasa sebab sesuatu perkara semacam pemerintahan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, sebagaimana dalam sebuah

 Hadis diterangkan: Artinya:
"Apabita sesuatu perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah
saat kerusakannya." Dengan ini tahulah kita bahwa Islam itu mengandung tiga unsur yang utama yakni: A. 5 Arkanul Islam, B. 6 Arkanul lman dan C. 2 Arkanul Ihsan.

0 comments:

Post a Comment