Thursday 27 October 2011

Riyadhus Salihin(Hadith 61-70)

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,


Entri kali ini adalah sambungan kepada entri sebelumnya,


     Hadith 61. Kedua: Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu
Mu'az bin Jabal radhiallahu 'anhuma dari Rasulullah s.a.w. sabdanya": "Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu dapat menghapuskan kejelekan tadi dan pergaulilah para manusia dengan budi pekerti yang bagus."
Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.




Keterangan:


     Hadis ini mengandung tiga macam unsur, yakni bertaqwa kepada Allah, kebaikan diikutkan sesudah mengerjakan kejelekan dan perintah bergaul dengan baik antara seluruh
ummat manusia. Mengenai yang ketiga tidak kami jelaskan lebih panjang, sebab masing-masing bangsa tentu memiliki cara-cara atau adat-istiadat sendiri. Namun demikian juga
mesti dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh agama Islam,
sehingga tidak melampaui batas, akhirnya terperosok dalam hal-hal yang diharamkan oleh
Allah Ta'ala. 


Jadi di bawah ini akan diuraikan periha! yang dua buah unsur saja, yaitu:


   (a) Takut pada Allah atau Taqwallah adalah satu kata yang menghimpun arti yang sangat dalam sekali, pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi serta menahan dir idari melakukan larangan-laranganNya. Dengan demikian
terjagalah jiwa dan terpeliharalah hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan, kemusyrikan yang terang (jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar dari kekufuran
dan kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu dari semuanya tadi.


Tentang ini Allah telah berfirman:


   "Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama
     berlaku baik."




  (b) Mengikutkan kebaikan sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah bertaubat, karena dengan demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita lakukan, asalkan kita bertaubat itu dengan sebenar-benarnya, sebagaimana firman Allah:


   Artinya:
"Melainkan orang yang bertaubat dan beriman dan beramal shalih, maka mereka itu kejelekannya akan diganti oleh Allah dengan kebaikan-kebaikan."




   Hadith 62. Ketiga: Dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, katanya: "Saya berada di belakang Nabi s.a.w. - dalam kendaraan atau membonceng - pada suatu hari, lalu beliau bersabda: "Hai anak, sesungguhnya saya hendak mengajarkan kepadamu beberapa kalimat yaitu Peliharalah Allah - dengan mematuhi perintah-perintahNya serta menjauhi laranganlaranganNya, pasti Allah akan memeliharamu, peliharalah Allah, past! engkau akan dapati Dia di hadapanmu. Jikalau engkau meminta, maka mohonlah kepada Allah dan jikalau

engkau meminta pertolongan, maka mohonkanlah pertolongan itu kepada Allah pula.




    Ketahuilah bahwasanya sesuatu ummat - yakni makhluk seluruhnya - ini, apabila
berkumpul - bersepakat - hendak memberikan kemanfaatan padamu dengan sesuatu -
yang dianggapnya bermanfaat untukmu, maka mereka itu tidak akan dapat memberikan
kemanfaatan itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah untukmu. Juga
jikalau ummat-seluruh makhluk - itu berkumpul - bersepakat - hendak memberikan bahaya
padamu dengan sesuatu - yang dianggap berbahaya untukmu, maka mereka itu tidak akan
dapat memberikan bahaya itu, melainkan dengan sesuatu yang telah ditentukan oleh Allah
untukmu. Pena telah diangkat - maksudnya ketentuan - ketentuan telah ditetapkan - dan
lembaran-lembaran kertas telah kering - maksudnya catatan-catatan di Lauh Mahfuzh sudah
tidak dapat diubah lagi."
 Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan
 shahih.


Dalam riwayat selain Termidzi disebutkan:
"Peliharalah Allah, maka engkau akan mendapatkanNya di hadapanmu. Berkenalanlah kepada Allah - yakni tahulah kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan untuk Allah - di waktu engkau dalam keadaan lapang - sihat, kaya dan lain-lain, maka Allah akan mengetahuimu - memperhatikan nasibmu - di waktu engkau dalam keadaan kesukaran - sakit, miskin dan lain-lain. Ketahuilah bahwa apa-apa yang terlepas daripadamu itu -keuntungan atau bahaya,
tentu tidak akan mengenaimu dan apa-apa yang mengenaimu itu pasti tidak akan dapat
terlepas daripadamu. Ketahuilah bahwa pertolongan itu beserta kesabaran dan bahwasanya kelapangan itu beserta kesukaran dan bahwasanya beserta kesukaran itu pasti ada kelonggaran."


Keterangan:


Hal-hal yang perlu dimaklumi dalam Hadis ini ialah:
   (a) Ada di belakang Nabi s.a.w. maksudnya ialah membonceng waktu naik bighal
    (semacam kuda) dengan duduk di belakang beliau.


   (b) Peliharalah Allah, yakni peliharalah perintah-perintah dan larangan-larangan
   Allah serta berhati-hatilah pada kedua macam hal itu, pasti engkau dijaga olehNya dalam
   duniamu, agamamu, dirimu dan keluargamu.


   (c) Ummat ialah semua makhluk yang dimaksudkan.


   (d) Pena-pena telah diangkat, artinya ketentuan-ketentuan telah tetap.


   (e) Kertas-kertas telah kering maksudnya catatan-catatan semua yang ada di dalam
   dunia semesta ini (sebagaimana yang tertera di Lauh Mahfuzh) tentu saja tak ada yang            
   dapat mengubah takdir-takdir dari Allah itu kecuali yang dikehendaki olehNya sendiri
   sebagaimana firmanNya:


   Artinya:
   "Allah menghapus serta menetapkan apa saja yang dikehendaki olehNya dan di sisi Allahlah
   ummut kitab atau pokok Catalan. Ummul kitab ini adalah ilmu Allah yang qadim (dahulu)   
   sejak zaman azali (sebelum ada apa-apa kecuali Allah)."


   (f) Selain Termidzi yakni 'Abd bin Humaid dan juga Imam Ahmad.


  (g) Suka mengenai pada Allah artinya senantiasa mendekat dan taat padaNya. Kalau
   kita suka demikian ketika kita dalam keadaan lapang (banyak rezeki dan badan sihat),  
   maka Allah pasti suka melihat kita yakni mau memberi pertolongan pada kita apabila kita
   dalam keadaan sukar pada suatu waktu.


  (h) Suatu yang telah ditentukan oleh Allah (sejak zaman azali) akan lepas dari kita,
  (tidak dapat kita capai), sudah tentu selamanya barang itu tetap lepas dari kita yakni tidak
  dapat mengenai kita (kita peroleh). Demikian pula sebaliknya, yaitu bahwa sesuatu yang
  telah ditentukan akan kita dapatkan, maka bagaimanapun juga tidak akan lepas dari kita.


  (i) Pertolongan Allah beserta kesabaran yakni bila kita ingin pertolongan dari Allah,
  haruslah kita sabar.
  
  (j) Kelapangan beserta kesusahan dan nanti pasti ada kelonggaran yakni manusia itu tidak   
   mungkin akan terus menerus susah dan sukar, insya Allah pada suatu ketika ia akan
   menemui kelapangan dan kelonggaran juga.




    Hadith 63. Keempat: Dari Anas r.a., katanya: "Sesungguhnya engkau semua pasti melakukan berbagai amalan - yang diremehkannya sebab dianggap dosa kecil-kecil saja, yang amalan-amalan itu adalah lebih halus - lebih kecil - menurut pandangan matamu daripada sehelai rambut. Tetapi kita semua di zaman Rasulullah s.a.w. menganggapnya termasuk golongan dosa-dosa yang merusakkan - menyebabkan kecelakaan dan kesengsaraan."


Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan ia mengatakan bahwa arti Almubiqat ialah apaapa
yang merusakkan.


     Hadith 64. Kelima: Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah Ta'ala itu cemburu dan kecemburuan Allah Ta'ala itu ialah apabila seseorang manusia
mendatangi -mengerjakan - apa-apa yang diharamkan oleh Allah atasnya." (Muttafaq 'alaih)




    Hadith 65. Keenam: Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia mendengar Nabi s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya ada tiga orang dari kaum Bani Israil, yaitu orang supak - yakni belang-belangkulitnya, orang botak dan orang buta. Allah hendak menguji mereka itu, kemudian mengutus seorang malaikat kepada mereka. Ia mendatangi orang supak lalu berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang supak berkata: "Warna yang baik dan kulit yang bagus, juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat itu lalu mengusapnya dan lenyaplah kotoran-kotoran itu dari tubuhnya dan dikaruniai -oleh Allah Ta'ala - warna yang baik dan kulit yang
bagus. 


   Malaikat itu berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Orang itu menjawab: "Unta." Atau katanya: "Lembu," yang merawikan Hadis ini sangsi - apakah unta ataukah lembu. Ia lalu dikaruniai unta yang bunting, kemudian malaikat berkata: "Semoga Allah memberi keberkahan untukmu dalam unta ini."




   Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak, kemudian berkata: "Keadaan yang bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang botak berkata: "Rambut yang bagus dan
lenyaplah kiranya apa-apa yang menyebabkan orang-orang merasa jijik padaku ini." Malaikat
itu lalu mengusapnya dan lenyaplah botak itu dari kepalanya dan ia dikarunia rambut yang
bagus. 


   Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia berkata: "Lembu." lapun lalu dikarunia lembu yang bunting dan malaikat itu berkata: "Semoga Allah
memberikan keberkahan untukmu dalam lembu ini." Akhirnya malaikat itu mendatangi orang buta lalu berkata: "Keadaan bagaimanakah yang amat tercinta bagimu?" Orang buta menjawab: "Yaitu hendaknya Allah mengembalikan penglihatanku padaku sehingga aku dapat melihat semua orang." 


Malaikat lalu mengusapnya dan Allah mengembalikan lagi penglihatan padanya. Malaikat berkata pula: "Harta macam apakah yang amat tercinta bagimu?" Ia menjawab: "Kambing." lapun dikarunia kambing yang bunting - hampir beranak.


 Yang dua ini - unta dan lembu melahirkan anak-anaknya dan yang ini - kambing - juga melahirkan anaknya. Kemudian yang seorang - yang supak - mempunyai selembah penuh unta dan yang satunya lagi - yang botak - mempunyai selembah lembu dan yang lainnya lagi - yang buta - mempunyai selembah kambing.




   Malaikat itu lalu mendatangi lagi orang - yang asalnya - supak dalam rupa seperti orang supak itu dahulu keadannya - yakni berpakaian serba buruk - dan berkata: "Saya adalah orang miskin, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini. Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang telah mengaruniakan padamu warna yang baik dan kulit yang bagus dan pula harta yang banyak, sudi kiranya engkau menyampaikan maksudku dalam bepergianku ini - untuk sekedar bekal perjalanannya." Orang supak itu menjawab: "Keperluan-keperluanku masih banyak sekali." Jadi enggan memberikan sedekah padanya.




   Malaikat itu berkata lagi: "Seolah-olah saya pernah mengenalmu. Bukankah engkau dahulu seorang yang berpenyakit supak yang dijijiki oleh seluruh manusia, bukankah engkau dulu
seorang fakir, kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?" Orang supak dahulu itu
menjawab: "Semua harta ini saya mewarisi dari nenek-moyangku dulu dan merekapun dari
nenek-moyangnya pula." Malaikat berkata pula: "Jikalau engkau berdusta dalam pendakwaanmu - uraianmu yang menyebutkan bahwa harta itu adalah berasal dari warisan,
maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali seperti keadaanmu semula.




   Malaikat itu selanjutnya mendatangi orang - yang asalnya -botak, dalam rupa - seperti
orang botak dulu - dan keadaannya -yang hina dina, kemudian berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada orang supak dan orang botak itu menolak permintaannya seperti halnya orang supak itu pula. Akhirnya malaikat itu berkata: "Jikalau
engkau berdusta, maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana
keadaanmu semula."




   Seterusnya malaikat itu mendatangi orang - yang asalnya - buta dalam rupanya - seperti orang buta itu dahulu - serta keadaannya - yang menyedihkan, kemudian ia berkata: "Saya adalah orang miskin dan anak jalan - maksudnya sedang bepergian dan kehabisan bekal, sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam bepergianku ini, maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini, kecuali
Allah kemudian dengan pertolonganmu pula. Saya meminta padamu dengan atas nama Allah yang mengembalikan penglihatan untukmu yaitu seekor kambing yang dapat saya gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam bepergian ini." Orang buta dahulu itu berkata: "Saya dahulu pernah menjadi orang buta, kemudian Allah mengembalikan penglihatan padaku.


  Maka oleh sebab itu ambillah mana saja yang engkau inginkan dan tinggalkanlah mana saja yang engkau inginkan. Demi Allah saya tidak akan membuat kesukaran padamu - karena tidak meluluskan permintaanmu -pada hari ini dengan sesuatu yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah 'Azzawajalla."



   Malaikat itu lalu berkata: "Tahanlah hartamu - artinya tidak diambil sedikitpun, sebab- sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhai dirimu dan
memurkai pada dua orang sahabatmu - yakni si supak dan si botak." 8 (Muttafaq alaih)




  Dalam riwayat Imam Bukhari kata-kata: La ajhaduka, yang artinya: "Aku tidak akan 
membuat kesukaran padamu", itu diganti: La ahmaduka, artinya: "Aku tidak memujimu - menyesali diriku - sekiranya hartaku tidak ada yang engkau tinggalkan karena engkau
membutuhkannya." 9




      Hadith 66.  Ketujuh: Dari Abu Ya'la yaitu Syaddad bin Aus r.a.dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Orang yang cerdik - berakal - ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya
dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah
orang yang dirinya selalu mengikuti hawanafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan
atas Allah - yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa
beramal shalih."




Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.
Imam Termidzi dan lain-lain ulama mengatakan bahwa makna Daana nafsahu artinya membuat perhitungan pada diri sendiri.




    Hadith 67. Kedelapan: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. bersabda:
"Setengah daripada kebaikan keislaman seseorang ialah apabila ia suka meninggalkan
apa-apa yang tidak memberikan kemanfaatan padanya - yakni ia tidak memerlukan untuk
mencampuri urusan itu. Ini adalah Hadis hasan yang diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan
lain-lain.




Keterangan:


   Meninggalkan sesuatu yang tidak berfaedah misalnya sesuatu yang memang bukan urusan kita atau sesuatu yang terang salah dan batil, maka tidak berguna kita membela atau menolongnya. Demikian pula sesuatu yang bila kita campuri, maka bukan makin baik dan
mungkin mencelakakan diri kita sendiri. Semua itu baiklah kita tinggalkan, kalau kita ingin
jadi orang Islam yang baik.


 Sabdanya Nabi s.a.w. An-naaqatut 'usyara, dengan dhammahnya 'ain dan fathahnya syin serta dengan mad (yakni dibaca panjang dengan diberi hamzah di belakang alif), artinya: bunting. 
Sabdanya Antaja dalam riwayat lain berbunyi Fanataja, artinya: Menguasai di waktu keluarnya anak unta. Natij bagi unta adalah sama halnya dengan Qabilah bagi wanita. Jadi natij, artinya penolong unta betina waktu beranak, sedang qabilah, artinya penolong wanita waktu melahirkan atau biasa dinamakan bidan.


   Sabda Wallada haadzaa dengan disyaddahkan lamnya, artinya: Menguasai waktu melahirkannya ini, Jadi sama halnya dengan Antaja untuk unta. Oleh sebab itu kata-kata Muwallid, Natij dan Qabilah adalah sama maknanya, tetapi muwallid dan natij adalah untuk binatang, sedang qabilah adalah untuk selain binatang. Adapun sabda beliau s.a.w.: Inqatha-'at biyal hibaalu, yaitu dengan ha' muhmalah (tanpa bertitik) dan ba' muwahhadah (bertitik sebuah), artinya: beberapa sebab. Jadi jelasnya: Sudan terputus semua sebab (untuk
dapat memperoleh bekal guna melanjutkan perjalananku).


   Sama halnya dengan yang biasa diucapkan oleh orang banyak: "Laisa 'alaatbuulil hayaati nadamun," artinya: Tidaklah selain timbul penyesalan dalam sepanjang kehidupan ini, maksudnya ialah oleh sebab sangat panjangnya masa hidupnya itu.



     Hadith 68. Kesembilan: Dari Umar r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Janganlah seseorang lelaki itu ditanya apa sebabnya ia memukul isterinya - sebab mungkin ia akan malu jikalau
sebab pemukulannya diketahui oleh orang lain."Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan lain-lainnya.



Bab 6
Ketaqwaan


Allah Ta'ala berfirman:


"Hai sekalian orang yang beriman, bertaqwalah engkau semua kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketaqwaan." (ali-lmran: 102)


Allah Ta'ala berfirman pula:


"Maka bertaqwalah engkau semua kepada Allah sekuat-kuatmu." (at-Taghabun: 16)


Ayat ini menjelaskan apa yang dimaksudkan dari ayat yang pertama.


Lagi Allah Ta'ala berfirman:


"Hai sekalian orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan
kata-kata yang betul - sesuai dengan apa yang sesungguhnya." (al-Ahzab: 70)
Ayat-ayat yang berhubungan dengan perintah bertaqwa itu banyak sekali dan dapat
dimaklumi.


Allah Ta'ala berfirman lagi:


"Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan membuat untuknya jalan
keluar - dari segala macam kesulitan - dan memberinya rezeki dari jalan yang tidak dikira-kirakan."(at-Thalaq: 2-3)


Allah Ta'ala berfirman pula:
"Jikalau engkau semua bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan menjadikan untukmu semua
pembedaan - antara kebenaran dan kesalahan, juga menutupi kesalahan-kesalahanmu serta
mengampuni dosamu dan Allah itu memiliki keutamaan yang agung." (al-Anfal: 29)


Ayat-ayat dalam bab ini banyak sekali dan dapat dimaklumi. Adapun Hadis-hadisnya
ialah:




   Hadith 69. Pertama: Dari Abu Hurairah r.a., katanya: "Rasulullah s.a.w. ditanya: "Ya
Rasulullah, siapakah orang yang semulia-mulianya?" Beliau s.a.w. bersabda: "Yaitu orang yang bertaqwa di antara engkau semua. Orang-orang berkata: "Bukan ini yang kita tanyakan." Beliau s.a.w, menjawab: "Kalau begitu ialah Nabi Yusuf, ia adalah Nabiullah, putera Nabiullah dan inipun putera Nabiullah pula dan ini adalah putera khalilullah - kekasih Allah yakni bahwa Nabi Yusuf itu adalah putera Nabi Ya'qub putera Nabi Ishaq putera Nabi Ibrahim yaitu Khalilullah."




 Orang-orang berkata lagi: "Bukan ini yang kita tanyakan." Beliau s.a.w. menjawab pula: "Jadi tentang orang-orang yang merupakan pelikan-pelikan - pembesar-pembesar - dari







     Hadith 70.Kedua: Dari Abu Said al-Khudri r.a. dari Nabi s.a.w. sabdanya: "Sesungguhnya dunia ini manis dan menghijau - yakni lazat dan nyaman - dan sesungguhnya Allah itu menjadikan engkau semua sebagai pengganti di bumi itu, maka itu Dia akan melihat apa-apa yang engkau lakukan. Oleh karenanya, maka takutilah harta dunia dan takutilah pula tipudaya kaum wanita. Sebab sesungguhnya pertama-tama fitnah yang bercokol di kalangan kaum Bani Israil adalah dalam persoalan kaum wanita." (Riwayat Muslim) bangsa Arab yang engkau semua tanyakan padaku? Orang-orang yang merupakan pilihan di antara bangsa Arab itu di zaman Jahiliyah, itu pulalah yang merupakan orang-orang pilihan di zaman Islam, jikalau mereka mengerti hukum-hukum agama." (Muttafaq 'alaih)




   Lafaz Faquhuu jika dibaca dengan didhammahkan qafnya adalah masyhur, tetapi ada yang mengatakan dengan mengkasrahkan qaf, lalu dibaca Faqihuu, artinya ialah "mengerti akan hukum-hukum syara'."



0 comments:

Post a Comment